CERPEN IT WILL STOP (HOLO)
Namaku Hayi, Lee Hayi. Sekarang aku tengah duduk di bangku SMA kelas 12. Aku belum pernah merasakan yang namanya cinta. Hingga aku lulus SMA dan kuliah di salah satu universitas negeri terkemuka di Korea. Hari-hariku sama, terus berulang, kuliah-belajar-pulang. Tak ada yang spesial dalam keseharianku, membosankan tapi aku masih nyaman berada di circle ku sekarang.
Semester baru dimulai, di situlah aku bertemu dengannya, ya, cinta pertamaku yang menggetarkan hatiku. Kim Taehyung, cinta pertamaku yang mengajarkanku manis dan pahit hubungan antar manusia yang saling mencintai.
Pagi itu, seperti biasa aku duduk di barisan tengah pojok kanan sebelah jendela ruang kelas. Lama-kelamaan kelas mulai ramai dipenuhi teman-teman kelasku. Salah seorang diantara mereka duduk disebelahku, Kim Taehyung, aku baru pertama kali melihatnya setelah 1 semester.
“bangkunya kosong kan?”, tanya Taehyung.
“oh, iya kosong kok.”, jawabku.
“oke.”, balasnya.
Kelas berjalan seperti biasanya, tapi ada yang sedikit berbeda hari itu..
“kamu.... cantik..” katanya tiba-tiba padaku
Aku yang terkejut hanya menatapnya dengan muka kaget dan bingung.
Taehyung hanya terkekeh.
Hari berikutnya di kelas yang sama Taehyung juga duduk di sebelahku hingga 1 bulan berlalu.
“kamu tuh ga penasaran sama aku ya, hm?”, tanya Taehyung.
“hah? Emang kenapa aku harus penasaran? Kita kan ga deket.”, balasku.
“wah wah, kita udah duduk sebelahan 1 bulan lho, masa cuma aku yang anggap kamu deket sama aku si, sedih deh.”kata Taehyung.
Rasa bersalah mengahmpiriku,
“ah maksudku bukan gitu...”, belum selesai aku berbicara, Taehyung memotongnya,
“hahahaha.. iya aku tahu kok. Karena kamu ga penasaran, jadi aku yang tanya deh sama kamu, boleh ga?”, tanyanya.
“mau tanya apa?”, jawabku
“kamuuuu... em...”, Taehyung terlihat ragu dan kikuk.
“gapapa tanya aja, mau nanya apa?”, tanyaku lagi.
“kamu... udah punya pacar belum? Hehe..”, tanyanya tersipu.
Aku terkekeh sebentar,
“oh... menurutmu aku udah punya pacar belum?”, aku balik bertanya padanya.
“kayaknya si belum ya, bukan aku harap belum”, jawabnya tegas.
Aku hanya menerka apa maksud jawabannya itu, dan belum sempat ku jawab kelas sudah berakhir. Taehyung kemudian berdiri,
“aku duluan ya..”.
Kemudian selama 1 minggu aku tak bertemu dan bahkan tak melihat Kim Taehyung di kampus.
Drrt drrtt..
Hapeku bergetar, ada notifikasi pesan dengan nomor yang tidak dikenal.
[hai, aku Taehyung. Bisa ketemu sebentar ga hari ini?]
[oh, hai Taehyung. Iya boleh, mau ketemu dimana?]
[hari ini jam 16.30 di taman kampus ya..]
[oke..]
Lalu, waktu janjian tiba. Aku segera menuju tempat janjian, tapi... aku tak melihat Taehyung.
Baru saja aku mau kirim pesan pada Taehyung, dia datang dan menyapaku.
“hai, udah lama ya?”,sapanya.
“oh gak kok, baru aja sampai. Jadi, kenapa? Kamu mau ngomong apa?”,tanyaku.
“ehm... aku... huft, duh aku gugup bgt nih”, jawabnya sambil mengusap tengkuk lehernya.
“gapapa, kenapa?”, tanyaku sambil menepuk lengannya 2 kali.
“akuuu... udah lama suka sama kamu. Tapi aku gatau kamu gimana sama aku, tapi aku tahu kamu belum punya pacar jadi aku coba buat nembak kamu. Kamu mau jadi pacarku ga?”, tanya Taehyung dengan nada agak bergetar gugup.
Selama 3 detik aku hanya bengong setelah mendengarkan kata-katanya sambil mencerna dengan lambat kata-kata yang disampaikan Taehyung.
Kemudian mukaku perlahan memerah dan panas, jantungku mulai berdegup dengan cepat. Keringatku sedikit mengucur dari pelipisku.
Aku kaget dan juga gugup, seorang Kim Taehyung yang merupakan idola kampus menembakku yang hanya seorang wanita biasa yang bahkan tidak banyak orang yang tahu aku.
Aku bingung harus menjawab apa. Taehyung melihat gelagatku yang kebingungan lalu berkata,
“ah, kamu pasti kaget ya aku bilang kaya gini tiba-tiba. Kamu boleh jawab kapan-kapan kok, yaudah ya aku pergi dulu”.
“tunggu!”, tanpa sadar aku agak berteriak.
“ah, maaf. Maksudku anu aku memang agak kaget. Ehm... aku bukannya ga suka sama kamu, aku agak kaget tapi aku bingung harus gimana. Aku...”, jawabku melantur.
“hahahahaha, tenang tenang coba atur nafasmu dulu”, Taehyung sambil mengusap kepalaku.
Aku malah semakin gugup, tapi aku berusaha tenang dan menjawab,
“ehm, aku Cuma cewek biasa aja bukan cewek gaul, aku juga bukan cewek yang easy going, aku pemalu, temanku sedikit, aku juga cuma tahu belajar aja, ga pernah pacaran. Gapapa?”.
Taehyung agak kaget, tapi setelah itu memelukku dan berkata,
“iya aku tahu, makanya aku suka kamu. Mulai hari ini kita pacaran ya..”, katanya dengan lembut sambil memelukku.
Aku hanya mengangguk.
Tak ada orang yang tahu bahw kami berpacaran, karena aku meminta untuk dirahasiakan.
Sebulan..
Dua bulan...
Enam bulan...
Delapan bulan..
Kami masih berhubungan dengan manis dan mesra. Aku benar-benar masuk ke dunia yang baru. Kim Taehyung, dia adalah cinta pertamaku, pacar pertamaku yang sempurna, itulah pikirku hingga...
“Hayi! Kamu yang namanya Hayi kan?”, tanya seorang perempuan padaku.
Aku tak mengenalnya, tapi aku jawab,
“oh iya, kenapa ya?”,
Dia kemudian memicingkan matanya dan men-scanku dari atas hingga ke bawah dan berkomentar,
“apaan, biasa aja ternyata”, kemudian melanggang pergi sambil sengaja menabrakku.
“aw!”, aku merasa heran.
Itu hanya awal mula, hingga beberapa perempuan mulai melakukan hal yang sama padaku. Aku jadi mulai bertanya-tanya apa maksud dari perilaku mereka.
Hingga pada puncaknya, aku di bully habis-habisan oleh para perempuan yang dianggap oleh orang-orang kelompok cewek cantik dan gaul di kampus.
Aku disiram air, ditumpahkan makanan, disandung sampai aku jatuh tersungkur dan di gosipkan yang tidak-tidak. Aku hanya menangis, kenapa semua terjadi padaku?
Aku memang tidak menceritakan pada Taehyung, aku sengaja agar dia tidak mencemaskanku. Aku sudah dewasa, aku mampu menyelesaikan masalah-masalahku. Tapi ternyata itu menjadi boomerang kepadaku.
Taehyung kecewa padaku, ya, dia merasa tidak berguna sebagai pacar. Taehyung marah padaku, dia bahkan berpikir bahwa aku tidak mempercayainya dan tidak pernah menganggapnya sebagai pacarku. Aku menangis, ya aku tahu kekuranganku, aku sangat tahu. Selama ini bukankah dia tahu itu, aku menjadi ikut kecewa dan marah padanya.
Kami tidak saling menghubungi selama satu minggu, aku pun tidak masuk kampus karena demam selama itu.
Saat aku masuk kampus lagi setelah satu minggu, ternyata lebih banyak gosip yang beredar tentangku yang bahkan aku tidak pernah melakukannya, sangat keterlaluan.
Taehyung mendatangiku,
“kamu tahu orang ini?”, tiba-tiba dia menyodorkan foto yang ada di hapenya.
“dia siapa?”, tanyaku
“oh, kamu tidak tahu atau pura-pura tidak tahu?”, tanyanya sambil memicingkan mata.
Oh Tuhan.. apa lagi ini? Aku menahan tangisku.
“aku benar-benar tidak tahu dia, memang kenapa? Ada apa?”, aku kembali bertanya sambil menggigit bibirku agar tangisku tidak pecah.
Baru pertama kali ini aku melihat air muka Taehyung yang begitu membenciku.
“kenapa? Orang ini tahu kamu, dia bahkan mengaku sering bersamamu dan melakukan hal menjijikan”, balasnya dengan ekspresi marah, sangat marah.
Aku tak bisa membendung tangisku,
“aku.. heuk heuk.. Ya Tuhan, apa maksudnya? Heuk heuk.. aku tak pernah melakukan apapun dengan siapapun.. heuk heuk.. aku bahkan benar-benar tidak mengenalnya. Kamu tidak percaya padaku? Sungguh kamu tak percaya padaku dan malah percaya pada gosip yang beredar itu?”, aku sedikit marah, kecewa, sambil terus menangis.
“....... karena tak akan ada asap jika tak ada api ...”, kata Taehyung yang langsung meninggalkanku.
Aku tak bisa berkonsentrasi selama kuliah hari itu.
Pulang kuliah aku dihampiri oleh beberapa ‘cewek gaul’ yang dulu mem-bully ku.
“kenapa? Kok mukamu sedih gitu sih.”, mereka menyindirku.
“oh, aku tahu! Kamu lagi marahan sama pacarmu ya, Kim Taehyung?”, kata salah satu ‘cewek gaul’ itu.
Aku membelalakan mata kaget.
“wah dia kaget lho.. hahahahaha...”, mereka tertawa
“heh! Kim Taehyung itu punya kita. Kamu! Ga pantes! Ngaca dong kalo mau sama Taehyung!”, kata salah seorang ‘cewek gaul’ itu sambil mendorongku dan melenggang pergi.
Akhirnya aku paham, mereka adalah dalang dari semua ini.
Tuuut... tuuutt...
Aku mencoba menelepon Taehyung.
“halo..”, suara perempuan dari telepon Taehyung.
“halo, ini ponsel Kim Taehyung kan? Ini siapa?”, tanyaku heran.
“oooohhh, kamu Hayi ya pacarnya Taehyung. Wah gimana ya, Taehyung lagi gabisa nerima telpon kamu nih. Soalnya lagi asik sama aku.. hahahaha...”, kemudian teleponnya terputus.
Beberapa hari kemudian aku bertemu Taehyung, dan aku minta penjelasan pada hari itu.
“kenapa? Apa urusannya denganmu? Oh, kau boleh bersenang-senang dengan pria lain sedangkan aku tak boleh begitu?”, katanya kasar.
“Kim Taehyung!”, aku berteriak saking marahnya.
“kamu benar-benar mengecewakanku, kenapa kamu gabisa percaya sama aku kenapa?!”, aku mulai menangis.
“karena semua ada buktinya! Bukti tidak akan bohong!”, Taehyung pun ikut berteriak.
Aku tersungkur dan menangis sesenggukkan.
“hah! Mulai sekarang jangan menghubungiku! Jangan menemuiku! Kau.....”, kalimat Taehyung terputus.
“kita putus.”.
Taehyung meninggalkanku begitu saja, aku semakin menangis.
Sejak hari itu aku menghindar dari Kim Taehyung dan gerombolan ‘cewek gaul’.
Kehidupanku di perkuliahan perlahan mulai normal kembali, hingga wisuda.
1 tahun kemudian...
Sekarang aku merupakan karyawan kantoran, keseharianku sangat sibuk. Aku tak pernah lagi memikirkan tentang percintaan.
Ya.. aku akan berhenti untuk mencintai seseorang. Aku tak mau semua terulang. Tidak akan.
Minggu depan aku akan dinas luar kota bersama rekan kerjaku. Dia seorang pria.
Dinas luar kota berjalan lancar, ada satu hari untuk pergi refreshing ke pantai.
“wah, udah lama banget gak ke pantai, ya kan?”, kata rekan kerjaku.
“iya”, jawabku singkat.
Kami berdua duduk di tepi pantai sambil meminum kopi.
Aku memandangi ombak yang berkejaran. Kemudian aku menemukan sesorang. Dia. Ya, Kim Taehyung.
Dia berdiri di tepi pantai di depanku tak jauh dariku hanya terpaut beberapa meter.
Aku tersedak.
“kamu gapapa?”, tanya rekan kerjaku dengan mengulurkan sapu tangan.
“ah iya gapapa”, jawabku dan mengambil sapu tangannya.
Kemudian aku melihat kembali ke arah Kim Taehyung, tapi dia sudah tidak di sana.
Kecewa. Aku? Kecewa? Kenapa?
“kenapa ada apa?”, tanya rekan kerjaku sambil ikut melihat arah pandanganku.
“oh.. ah gapapa. Udah yuk kita pulang saja hari ini”, jawabku sambil berdiri.
Rekan kerjaku mengikutiku dari belakang.
Tiba-tiba dia bertanya hal yang membuatku sangat terkejut.
“apa karena tadi ada Kim Taehyung?”, tanyanya.
Aku menoleh dengan muka kaget.
“kenapa...”, belum sempat aku menyelesaikan pertanyaanku dia menjawab.
“aku tahu semuanya. Hayi... sebenarnya aku adalah kakak Kim Taehyung. Kau tidak tahu itu?”,
Aku semakin terkejut. Aku sangat terkejut. Aku tak bisa berakta apa-apa. Bahkan aku tak tahu harus berbuat apa. Sesaat aku merasa aku tidak bisa bernafas.
“kau tak apa? Maaf bukannya aku menyembunyikannya, aku hanya...”, belum selesai kakak Taehyung menjelaskan, aku memotongnya.
“aku tahu itu tak disengaja, aku juga tak mau tahu. Aku senang senior tidak mengatakan padaku. Terimakasih. Aku akan pulang sendiri saja dari sini”, aku berbalik.
Kakak Taehyung mencegahku pergi dengan menarik tanganku.
“dia di sini karena aku yang memberitahunya bahwa kau dan aku akan ke sini. Dia juga menderita sama sepertimu. Kesalahpahaman yang sangat fatal kan? Dia sangat menyesalinya. Hingga dia bahkan tak berani mendekatimu dan meminta maaf. Taehyung, dia sangat hancur saat tahu kebenarannya, dia menyalahkan diri sendiri dengan ekstrim. Dia pernah melakukan percobaan bunuh diri karena merasa dia tak pantas dimaafkan. Sebenarnya dia ingin menemuimu hari ini, tapi sepertinya dia masih belum berani menemuimu. Taehyung ingin aku menyampaikan ini..”, kakak Taehyung menyodorkan secarik surat padaku.
Aku sempat ragu, namun aku menerimanya.
“baiklah, kalau begitu kita berpisah di sini ya. Hati-hati ya Hayi”, ucap rekan kerjaku sekaligus kakak Kim Taehyung.
Aku pulang kembali dengan menggunakan Bus. Dalam perjalanan aku membaca isi dari surat yang aku terima tadi.
[Hayi.. ini aku Taehyung. Aku tahu aku tak pantas berbicara lagi denganmu, sungguh aku merasa sangat menyesal. Tapi aku harus mengatakannya padamu, harus. Maaf aku tak bisa mengatakannya secara langsung, aku terlalu bersalah padamu, aku pengecut, aku sangat minta maaf padamu karena kebodohanku, bukan, maaf karena aku tidak waras saat itu. Aku benar-benar minta maaf.
Lee Hayi..
Aku mendengar kau sangat menderita. Ya pasti kau sangat menderita. Aku pun menderita. Oh maaf, penderitaanku jauh lebih ringan darimu, tentu saja karena aku pelaku dari penderitaanmu. Aku tidak waras saat itu karena aku benar-benar mencintaimu, aku takut, aku kalut, aku tak tahu harus apa saat itu. Keadaannya membuatku percaya pada bukti sialan itu dibanding kau. Sekali lagi aku minta maaf.
Hayi-ah..
Aku tahu aku tak punya hak mengatakan ini tapi aku menyukaimu yang pekerja keras, tekun, dan ceria. Jadi aku mohon, lupakanlah kejadian menyakitkan itu dan kembalilah menjadi Hayi sebelum bertemu denganku. Aku mohon, demi dirimu sendiri aku mohon.
Aku tak akan membebanimu. Aku akan benar-benar menjalani hukuman yang setimpal dengan apa yg aku lakukan padamu. Oleh karena itu kau harus melupakanku dan semua kejadian menyakitkan saat itu.
Aku...
Aku akan sedikit lega bila kau menjadi Hayi yang dulu saat kita belum saling kenal. Karena kau sangat pantas bahagia, kau pantas menjadi seseorang yang lebih hebat dari sekarang. Sekali lagi aku minta maaf.. dan maaf..
Lee Hayi...
Selamat tinggal, berbahagialah..]
Aku menangis sesenggukan membaca isi surat itu. Aku hanya menangis sepanjang perjalanan pulang.
Aku tidak pernah membenci Kim Taehyung, aku sudah memaafkannya, sungguh. Hanya saja aku juga tak bisa melupakannya dan semua cerita saat itu.
Keesokan harinya,
Aku mendatangi rekan kerjaku sekaligus kakak Kim Taehyung.
“senior, bisa bicara sebentar denganku?”, tanyaku.
“oh oke, sebentar”, balasnya.
“kenapa hayi?”, tanya rekan kerjaku.
Aku mengulurkan surat kepadanya.
“tolong sampaikan ini padanya, terimakasih. Aku akan kembali ke ruanganku”, setelah suratnya diterima aku langsung pergi.
Isi suratku adalah...
[Kim Taehyung, ini aku Lee Hayi.
Aku sudah memaafkanmu sejak dulu. Aku tahu itu bukan hanya salahmu, ada salahku juga saat itu. Maaf saat itu aku egois karena berpikir mampu menyelesaikan masalahku sendiri. Kau juga tahu kan bahwa aku tak berpengalaman dalam hal percintaan. Ah, aku tak menyalahkanmu. Tapi aku akui aku agak kecewa dengan sikapmu saat itu. Yah tapi setelah dipikir-pikir jika aku jadi kau mungkin aku akan berbuat sama. Jadi, maafkanlah juga dirimu sendiri. Aku dengar dari kakakmu tentang kau yang mencoba mengakhiri hidupmu. Kau tak perlu begitu. Sungguh Taehyung-ah kau tak perlu merasa sangat bersalah seperti itu.
Aku sudah memaafkanmu, hanya saja aku tak bisa melupakanmu dan kenangan saat itu. Bukan karena aku membencimu, aku tak membencimu sedikitpun. Tapi karena kau yang pertama mengajarkanku mencintai dan dicintai. Mulai saat ini aku akan mengingatmu dengan kenangan yang manis-manis saja. Oleh karena itu, kau pun juga harus begitu ya.. janji?
Taehyung-ah, terimakasih atas segalanya. Ayo kita hidup dengan baik mulai sekarang.]
Setelah itu, hari-hariku mulai membaik. Sedikit demi sedikit aku mulai melepas kenangan menyakitkan itu.
Hari ini turun hujan, aku di rumah sedang melihat hujan dari jendela dengan menyeruput coklat hangat. Aku mencari handphone dan earphoneku. Aku duduk di dekat jendela. Aku menancapkan earphoneku ke handphone dan menyetel musik kesukaanku..
~ And I’m gonna stop cryin’
Stop feelin’ stop thinkin’
‘bout you my babe
Ije geuman ul kkeoya naul kkeoya
Nareul deo akkyeojul kkeoya ~
Lee Hi - HOLO
Komentar
Posting Komentar
PLEASE DON'T BE SILENT READER ^^ THX